MAKALAH AKIDAH AKHLAK : Adab Anak Kepada Orang Tua dan Mertua dan Adab Orang Tua dan Mertua Kepada Anak

 

MAKALAH

Adab Anak Kepada Orang Tua dan Mertua dan Adab Orang Tua dan Mertua Kepada Anak

 

 

 

Dosen Pengampu  :

Dr. Nur Habibullah, M. Pd. I

 

Disusun Oleh :

Raudatul Jannah (20.11.2614)

 

Kelompok : 7  (Tujuh)

 

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AN-NADWAH KUALA TUNGKAL

2021/2022


 


KATA PENGANTAR

 

       Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan karunia-Nya lah saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul  Adab Anak Kepada Orang Tua dan Mertua dan Adab Orang Tua dan Mertua Kepada Anak”

        Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai akhlak. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang saya harapkan. Untuk itu, saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.

       Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang yang membacanya.

 

 

Kuala tungkal ,     Desember 2021

 

 

 

Penulis

 

 


DAFTAR ISI :

 

KATA PENGANTAR.......................................................................................... ii

DAFTAR ISI........................................................................................................ iii

BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang............................................................................................. 1

B.  Rumusan Masalah........................................................................................ 1

C.  Tujuan .........................................................................................................  2

BAB II                                                     

PEMBAHASAN

A.  Pengertian Adab.......................................................................................... 3

B.  Adab Anak Terhadap Orang Tua dan Adab Orang Tua Terhadap Anak.... 4

C.  Adab Anak Terhadap Mertua dan Adab Mertua Terhadap Anak............... 11

BAB III

PENUTUP

A.  Kesimpulan ................................................................................................. 14

B.  Saran ........................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA


 


                                                             BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

       Manusia diciptakan Allah Ta’ala secara sempurna di alam ini. Hakekat manusia yang menjadikan ia berbeda dengan lainnya adalah bahwa sesungguhnya manusia yang membutuhkan bimbingan dan pendidikan. Dan pendidikan sebagai alat yang ampuh untuk mengembangkan potensi-potensi yang ada dalam diri manusia. Sehinggaia mampu menjadi khalifah di bumi, pendukung dan pengembang kebudayaan.

       Kelahiran seorang anak dalam sebuah keluarga merupakan anugerah dan kebahagian tersendiri. Di saat begitu banyak pasangan suami istri yang belum mendapatkan seorang anak meski telah berusaha keras. Bersyukurlah Anda yang telah dikaruniai momongan.

       Ketika sudah memiliki seorang anak atau bahkan lebih, maka sudah menjadi kewajiban bagi orang tuanya untuk membesarkan dan mendidiknya hingga siap untuk hidup mandiri.

       Selain ilmu tentang agama, seperti macam-macam ilmu tauhid, seorang anak juga harus diajarkan tentang etika dan adab dalam kehidupan sehari-hari.
       Adab menurut bahasa adalah kesopanan, tata krama atau etika. Adab biasanya didapatkan sedari dini atau diwarisi secara turun temurun. Diajarkan dan dicontohkan oleh kedua orang tua maupun lembaga pendidikan agar seseorang yang mendapatkan pengetahuan tersebut mempunyai sikap baik sesuai adab saat dewasa. Adab atau etika ini biasanya dijadikan contoh bagi orang lain, maka dari itu memiliki adab yang baik akan menjadikan nilai tambah. Adapun adab dalam Islam yang berarti etika atau akhlak dalam agama Islam.

 

B.  Rumusan Masalah

1.    Apa yang dimaksud dengan adab ?

2.    Apa saja adab anak terhadap orangtua?

3.    Apa saja adab anak terhadap mertua ?

4.    Apa saja adab orangtua terhadap anak ?

5.    Apa saja adab mertua kepada anak ?

 

C.  Tujuan

1.    Untuk mengetahui pengertian adab

2.    Untuk mengetahui apa saja adab anak terhadap orangtua

3.    Untuk mengetahui apa saja adab anak terhadap mertua

4.    Untuk mengetahui apa saja adab orangtua terhadap anak

5.    Untuk mengetahui apa saja adab mertua terhadap anak


 

BAB II

PEMBAHASAN

 

A.  Pengertian Adab

       Menurut al-Attas, secara etimologi (bahasa); adab berasal dari bahasa
Arab yaitu addaba-yu’addibu-ta’dib yang telah diterjemahkan oleh al-Attas
sebagai ‘mendidik’ atau ‘pendidikan’.[1] Dalam kamus Al-Munjid dan Al Kautsar, adab dikaitkan dengan akhlak yang memilki arti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat sesuai dengan nilai-nilai agama Islam.[2] Sedangkan, dalam bahasa Yunani adab disamakan dengan kata ethicos atau ethos, yang artinya kebiasaan, perasaan batin, kecenderungan hati untuk melakukan perbuatan. Ethicos kemudian berubah menjadi etika.[3]

       Adapun secara istilah (terminology), al-Attas mendefinisi adab sebagai
suatu: Pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanam
kedalam manusia tentang tempat-tempat yang tepat dari segala
sesuatu didalam tatanan penciptaan sedemikian rupa, sehingga hal
ini membimbing kearah pengenalan dan pengakuan tempat Tuhan
yang tepat di dalam tatanan wujud dan keperiadaan.[4]

       Sehingga dapat dikatakan bahwa adab adalah inti dari ajaran Islam dan
tujuan dari diutusnya Nabi Muhammad saw. Telah diketahui bahwa Nabi
Muhammad diutus muka bumi ini adalah untuk mendidik manusia supaya
menjadi manusia yang mulia “Innamā bu’ithtu li-utammima makārim al-
akhlāq”.[5] Sehingga, disampaikan dalam sebuah hadis Rasulullah saw bahwa
“muslim yang sempurna keimanannya adalah unggul akhlaknya (menurut al-Attas akhlak adalah bahagian dari adab)” (akma lu’l- mu’minin imanan ahsanuhum khulqan).[6] Maka tidak heran, jika al-Attas menyampaikan dan menjelaskan konsep adab sebagai inti dari pendidikan Islam.

 

B.  Adab Anak kepada Orang Tua dan Adab Orang Tua kepada Anak

1.    Adab Anak Kepada Orang Tua

       Kedua orang tua adalah manusia yang paling berjasa dan utama bagi diri seseorang. Allah SWT telah memerintahkan dalam berbagai tempat di dalam Al-Qur'an agar berbakti kepada kedua orang tua. Hak kedua orang tua merupakan hak terbesar yang harus dilaksanakan oleh setiap Muslim. Sesuai firman Allah dalam Al-Qur’an Surah Luqman : 14 :[7]

وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِۚ حَمَلَتْهُ اُمُّهٗ وَهْنًا عَلٰى وَهْنٍ وَّفِصَالُهٗ فِيْ عَامَيْنِ اَنِ اشْكُرْ لِيْ وَلِوَالِدَيْكَ

 اِلَيَّ الْمَصِيْرُ

"Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang Ibu Bapanya, Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. Maka bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang Ibu Bapakmu, hanya kepada-Ku-lah kembalimu." (QS. Luqman :14).

       Hak-hak yang wajib dilaksanakan semasa orang tua masih hidup ialah sebagai berikut :

a.   Mentaati Mereka Selama Tidak Mendurhakai Allah

Mentaati kedua orang tua hukumnya wajib atas setiap Muslim. Haram hukumnya mendurhakai keduanya. Tidak diperbolehkan sedikit pun mendurhakai mereka berdua kecuali apabila mereka menyuruh untuk menyekutukan Allah atau mendurhakai-Nya. Allah SWT berfirman: "Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya..." (QS. Luqman: 15).[8]

b.   Berbakti dan Merendahkan Diri di Hadapan Kedua Orang Tua

Allah SWT juga berfirman "Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada kedua orang tua ibu bapaknya..." (QS. Al-Ahqaaf: 15) "Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang tua ibu bapak..." (QS. An-Nisaa': 36).[9]  Perintah berbuat baik ini lebih ditegaskan jika usia kedua orang tua semakin tua dan lanjut hingga kondisi mereka melemah dan sangat membutuhkan bantuan dan perhatian dari anaknya. Ini juga diperkuat dengan Firman Allah dalan Al-qur’an Surah Al-Israa’ ayat 23-24.

c.  Merendahkan Diri Di Hadapan Keduanya

Rendahkanlah diri dihadapan mereka berdua dengan cara mendahulukan segala urusan mereka, mempersilakan mereka duduk di tempat yang empuk, menyodorkan bantal, janganlah mendului makan dan minum, dan lain sebagainya. Hal yang sepele ini kadang bisa kita lupakan, tidak sadar jika hal itu bisa mendurhakai kepada kedua orang tua kita.

d.  Berbicara Dengan Lembut Di Hadapan Mereka

Berbicara dengan lembut merupakan kesempurnaan bakti kepada kedua orang tua dan merendahkan diri di hadapan mereka, sebagaimana firman Allah SWT :"...Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan 'ah' dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia." (QS. Al-Israa': 23). Oleh karena itu, berbicaralah kepada mereka berdua dengan ucapan yang lemah lembut dan baik serta dengan lafazh yang bagus.

e.  Menyediakan Makanan Untuk Mereka

Menyediakan makanan juga termasuk bakti kepada kedua orang tua, terutama jika ia memberi mereka makan dari hasil jerih payah sendiri. Jadi, sepantasnya disediakan untuk mereka makanan dan minuman terbaik dan lebih mendahulukan mereka berdua daripada dirinya, anaknya, dan suaminya.

f. Meminta Izin Kepada Mereka Sebelum Berjihad dan Pergi Untuk Urusan Lainnya

Izin kepada orang tua diperlukan untuk jihad yang belum ditentukan. Seorang laki-laki datang menghadap Rasulullah saw dan bertanya: "Ya, Raslullah, apakah aku boleh ikut berjihad?" Beliau balik bertanya: "Apakah kamu masih mempunyai kedua orang tua?" Laki-laki itu menjawab: "Masih." Beliau bersabda: "Berjihadlah dengan cara berbakti kepada keduanya.[10]

Seorang laki-laki hijrah dari negeri Yaman lalu Nabi saw bertanya kepadanya: "Apakah kamu masih mempunyai kerabat di Yaman?" Laki-laki itu menjawab: "Masih, yaitu kedua orang tuaku." Beliau kembali bertanya: "Apakah mereka berdua mengizinkanmu?" Laki-laki itu menjawab: "Tidak." Lantas, Nabi saw bersabda: "Kembalilah kamu kepada mereka dan mintalah izin dari mereka. Jika mereka mengizinkan, maka kamu boleh ikut berjihad, namun jika tidak, maka berbaktilah kepada keduanya.[11]

Pentingya ridha seorang ibu itu mengalahkan keputusan seorang nabi sendiri. Dapat kita lihat hadist-hadist yang menjelaskan kemulian seorang ibu mengalahkan kemulian seorang bapak sekalipun mereka sama-sama orang tua kita, alasanya sangat sederhana ibulah yang mengandung dan melahirkan serta mengasuh kita sampai dewasa. Mengenai kehamilan seorang ibu di gambarkan di dalam al-Qur’an dengan kalimat “ wahnan ‘ala wahnin” yaitu derita diatas penderitaan.

g.  Memberikan Harta Kepada Orang Tua Menurut Jumlah Yang mereka Inginkan

Rasulullah saw pernah bersabda kepada seorang laki-laki ketika ia berkata: "Ayahku ingin mengambil hartaku." Nabi saw bersabda: "Kamu dan hartamu milik ayahmu.[12] Oleh sebab itu, hendaknya seseorang jangan bersikap bakhil atau kikir terhadap orang yang menyebabkan keberadaan dirinya, memeliharanya ketika kecil dan lemah, serta telah berbuat baik kepadanya.

h.  Membuat Keduanya Ridha Dengan Berbuat Baik Kepada Orang-orang yang Dicintai Mereka

Hendaknya seseorang membuat kedua orang tua ridha dengan berbuat baik kepada para saudara, karib kerabat, teman-teman, dan selain mereka. Yakni, dengan memuliakan mereka, menyambung tali silaturrahim dengan mereka, menunaikan janji-janji orang tua kepada mereka. Akan disebutkan nanti beberapa hadits yang berkaitan dengan masalah ini.

i.  Memenuhi Sumpah Kedua Orang Tua

Apabila kedua orang tua bersumpah kepada anaknya untuk suatu perkara tertentu yang di dalamnya tidak terdapat perbuatan maksiat, maka wajib bagi seorang anak untuk memenuhi sumpah keduanya karena itu termasuk hak mereka. Misalnya, mereka bersumpah jika tanah saya laku dijual denga harga Rp 1M maka saya akan memberikan 1/3 dari uang saya tersebut tetapi sebelum itu dilaksanakan kedua orang tua tersebut sudah meninggal dunia, maka sumpah ini harus dipenuhi oleh ahli warisnya.

Hal ini pernah dilakukan oleh para sahabat ketika Nabi Bersabda “ saya akan berpuasa pada bulan asyura” tetapi sebelum bulan itu datang Nabi telah wafat terlebih dahulu, tetapi dengan ijtihad para sahabat tetap melaksankan ritual puasa tersebut sampai sekarang.

j. Tidak Mencela Orang Tua atau Tidak Menyebabkan Mereka Dicela Orang Lain

Mencela orang tua dan menyebabkan mereka dicela orang lain termasuk salah satu dosa besar. Rasulullah saw bersabda: "Termasuk dosa besar adalah seseorang mencela orang tuanya." Para Sahabat bertanya: "Ya, Rasulullah, apa ada orang yang mencela orang tuanya?" Beliau menjawab: "Ada. Ia mencela ayah orang lain kemudian orang itu membalas mencela orang tuanya. Ia mencela ibu orang lain lalu orang itu membalas mencela ibunya.

k.  Mendahulukan Berbakti Kepada Ibu Daripada Ayah

Seorang laki-laki pernah bertanya kepada Rasulullah saw: "Siapa yang paling berhak mendapatkan perlakuan baik dariku?" Beliau menjawab: "Ibumu." Laki-laki itu bertanya lagi: "Kemudian siapa lagi?" Beliau kembali menjawab: "Ibumu." Laki-laki itu kembali bertanya: "Lalu siapa lagi?" Beliau kembali menjawab: "Ibumu." Lalu siapa lagi?" tanyanya. "Ayahmu," jawab beliau.

Maksud lebih mendahulukan berbuat baik kepada ibu, yaitu lebih bersikap lemah-lembut, lebih berperilaku baik, dan memberikan sikap yang lebih halus daripada ayah. Hal ini apabila keduanya berada di atas kebenaran. Sebagian salaf berkata: "Hak ayah lebih besar dan hak ibu patut untuk dipenuhi."

      Di antara hak orang tua setelah mereka meninggal adalah :

a.   Menshalati Keduanya

Maksud menshalati di sini adalah mendo'akan keduanya. Yakni, setelah keduanya meninggal dunia, karena ini termasuk bakti kepada mereka. Oleh karena itu, seorang anak hendaknya lebih sering mendo'akan kedua orang tuanya setelah mereka meninggal daripada ketika masih hidup. Apabila anak itu mendo'akan keduanya, niscaya kebaikan mereka berdua akan semakin bertambah, berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam: "Apabila manusia sudah meninggal, maka terputuslah amalan nya kecuali tiga hal: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendo'akan dirinya.[13]

b.   Beristighfar Untuk Mereka Berdua

Orang tua adalah orang yang paling utama bagi seorang Muslim untuk dido'akan agar Allah mengampuni mereka karena kebaikan mereka karena kebaikan mereka yang besar. Allah Subhanahu wa TA'ala menceritakan kisah Ibrahim Alaihissalam dalam Al-Qur'an: "Ya, Rabb kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapakku..." (QS.Ibrahim: 41).

c.   Menunaikan Janji Kedua Orang Tua

Hendaknya seseorang menunaikan wasiat kedua orang tua dan melanjutkan secara berkesinambungan amalan-amalan kebaikan yang dahulu pernah dilakukan keduanya. Sebab, pahala akan terus mengalir kepada mereka berdua apabila amalan kebaikan yang dulu pernah dilakukan dilanjutkan oleh anak mereka.

d.  Memuliakan Teman Kedua Orang Tua

Memuliakan teman kedua orang tua juga termasuk berbuat baik pada orang tua, sebagaimana yang telah disebutkan. Ibnu Umar r.a pernah berpapasan dengan seorang Arab Badui dijalan menuju Makkah. Kemudian, Ibnu Umar mengucapkan salam kepadanya dan mempersilakannya naik ke atas keledai yang ia tunggangi. Selanjutnya, ia juga memberikan sorbannya yang ia pakai. Ibnu Dinar berkata: "Semoga Allah memuliakanmu. Mereka itu orang Arab Badui dan mereka sudah biasa berjalan." Ibnu Umar berkata: "Sungguh dulu ayahnya teman Umar bin al-Khaththab dan aku pernah mendengar Rasulullah bersabda: "Sesungguhnya bakti anak yang terbaik ialah seorang anak yang menyambung tali persahabatan dengan keluarga teman ayahnya setelah ayahnya tersebut meninggal.[14]

e.   Menyambung Tali Silaturahim Dengan Kerabat Ibu dan Ayah

Hendaknya seseorang menyambung tali silaturahim dengan semua kerabat yang silsilah keturunannya bersambung dengan ayah dan ibu, seperti paman dari pihak ayah dan ibu, bibi dari pihak ayah dan ibu, kakek, nenek, dan anak-anak mereka semua. Bagi yang melakukannya, berarti ia telah menyambung tali silaturahim kedua orang tuanya dan telah berbakti kepada mereka. Hal ini berdasarkan hadits yang telah disebutkan dan sabda beliau saw: "Barang siapa ingin menyambung silaturahim ayahnya yang ada di kuburannya, maka sambunglah tali silaturahim dengan saudara-saudara ayahnya setelah ia meninggal”.[15]

 

2.    Adab Orang Tua Kepada Anak

       Pepatah mengatakan “buah jatuh tak jauh dari pohonnya”. Pepatah serupa dikenal juga oleh masyarakat Barat, yakni Like father, like son. Sementara di masyarakat Arab, al-Waladu shuurotun „an abiihi. Pepatah ini mengindikasikan bagaimana anak dibentuk melalui hubungan antara ayah dan ibu. Masing-masing memiliki peran dalam keluarga sehingga terbentuklah karakter keluarga dan anak.[16]

       Di dalam keluarga terdapat banyak hal, mulai dari hubungan antar individu, hubungan otoritas, pola pengasuhan, pembentukkan karakter, masuknya nilai-nilai masyarakat dan lain-lain. Orang tua bertugas sebagai berikut : [17]

1) Melahirkan

2) Mengasuh

3) Membesarkan

4) Membimbing

5) Mengarahkan menuju kepada kedewasaan menanamkan norma-norma
    dan nilai-nilai pendidikan sosial.

Di antara kewajiban-kewajiban terpenting orang tua terhadap anak-
anaknya adalah sebagai berikut : [18]

1) Menanamkan tauhid dan aqidah yang benar kepada anak.

Tauhid merupakan landasan Islam. Apabila tauhidnya selamat, dia akan mendapatkan keselamatan di dunia dan di akhirat.

2) Mengajarkan anak untuk melaksanakan ibadah.

3) Mengajarkan cara beribadah yang benar sejak kecil. Mulai dari tata cara bersuci, shalat, puasa, serta ibadah lainnya.

4) Mengajarkan Al-Quran, hadits, serta doa-doa ringan.

Dimulai dengan surah al-fatihah dan surah-surah pendek serta doa
tahiyat untuk sholat.

5) Mendidik anak adab-adab dan akhlak mulia.

Ajarilah anak dengan adab-adab Islami, seperti makan dengan tangan
kanan, membaca basmalah sebelum makan/minum, menjaga kebersihan, mengucapkan salam. Menanamkan akhlak mulia, seperti berkata dan bersikap jujur, berbakti kepada orang tua, dermawan, menghormati orang yang lebih tua, dan menyayangi orang yang lebih muda.

6) Melarang perbuatan yang diharamkan.

Anak sedini mungkin harus diajarkan apa saja perkara yang tidak baik atau diharamkan. Seperti merokok, berjudi, minum khamar, mencuri, mengambil hak orang lain, berbuat zhalim, dan durhaka kepada orang
tua.

 

C.  Adab Anak Terhadap Mertua dan Adab Mertua Terhadap Anak

1.    Adab Anak Terhadap Mertua

Mertua juga merupakan sosok orang tua yang nyata, walaupun damhnva
tidak menngalir dalam urat nadi kita, akan tetapi darahnya mengalir di dalam tubuh suami/ istri kita yang merupakan orang yang dekat dihati.

Ada beberapa hal kewajiban menantu terhadap mertua. Yaltu:

1. Berbaik sangkalah kepada mertua, apabila berbicara dengan nya maka
berkatalah dengan baik, penuh sopan dan santun. karena hal yang demikian akan membuat hati menjadi tentram.

2. Jika mertua sakit, maka perhatikanlah dia, berikanlah ia obat dan do'akan dia agar segera sembuh.

3. Jangan mengeluh kekurangan swami dihadapan mertua.

4. Apabila anda tinggal ditempat yang jauh, maka jangan lupa menanvakan
kabarnya atau memberi kabar bagaimana keadaan anda beserta keluarga.
5. Janganlah lupa agar selalu menorunjunginya, karena dengan mengunjungi mertua akan bisa mcniperkuat hubungan antara menantu dan mertua.

6. Jika mertua mengajak makan bersama, bantulah dia dalam menyiapakn
makanan, janganlah hanya duduk saja melihat mertua bekerja seolah-olah
seperti tamu kehormatan.

7. Mintalah nasehat kepadanya jika anda menghadapi masalah yang tak bisa anda selesaikan.

8. Bahagiakanlah Suami/istri anda, karena dengan demikian hati mertua anda akan nienjadi tentram dan ticlak akan mengkhawatirkan anaknya.
9. Posisikan mertua anda layaknya prang tua kandung sendiri, karena dengan demikian akan dapat menghindarkan konplik.

10. Berilah hadiah kepada mertua anda pada hari-hari bahagianya, karena
sekecil apapun hadiah yang anda berikan akin membuat anda merasa lebih
dekat denganya.[19]

2.    Adab Mertua Terhadap Anak

       Menantu juga merupakan anak bagi mertua, walaupun bukan mertua yang telah mehirkannya ke atas dunia ini, maka. mertua sudah seharusnya berbuat baik, serta menyayangi menantu sebagaimana anak sendiri.

Ada beberapa hal kewajiban mertua terhadap menantu, yaitu :

1. Mendo'akan dengan keberkahan

2. Berbuat baik kepada menantu

3. Menasehati menantu dengan baik jika menantu berbuat salah

4. Janganlah menge1uh atas kekurangan menantu.

5. Posisikan menantu layaknya anak kandung sendiri.

6. Berbaik sangkalah kepada menantu.[20]


 

BAB III

PENUTUP

 

A.  Kesimpulan

       Adapun secara istilah (terminology), al-Attas mendefinisi adab sebagai suatu: Pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanam
kedalam manusia tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu didalam tatanan penciptaan sedemikian rupa, sehingga hal ini membimbing kearah pengenalan dan pengakuan tempat Tuhan yang tepat di dalam tatanan wujud dan keperiadaan. Sehingga dapat dikatakan bahwa adab adalah inti dari ajaran Islam dan tujuan dari diutusnya Nabi Muhammad saw.

       Adab anak kepada orang tua antara lain : mentaati mereka selama tidak mendurhakai Allah, berbakti dan merendahkan diri di hadapan kedua orang tua, merendahkan diri di hadapan keduanya,  berbicara dengan lembut di hadapan mereka, menyediakan makanan untuk mereka, meminta izin kepada mereka sebelum berjihad dan pergi untuk urusan lainnya, memberikan harta kepada orang tua menurut jumlah yang mereka inginkan, tidak mencela orang tua atau tidak menyebabkan mereka dicela orang lain dan mendahulukan berbakti kepada Ibu dari pada Ayah,

       Adab orang tua terhadap anak antara lain : Menanamkan tauhid dan aqidah yang benar kepada anak, mengajarkan anak untuk melaksanakan ibadah, mengajarkan cara beribadah yang benar sejak kecil, mengajarkan Al-Quran, hadits, serta doa-doa ringan, mendidik anak adab-adab dan akhlak mulia, dan melarang perbuatan yang diharamkan.

       Adab anak terhadap mertua, antara lain : Berbaik sangkalah kepada mertua, apabila berbicara dengan nya maka berkatalah dengan baik, penuh sopan dan santun. karena hal yang demikian akan membuat hati menjadi tentram, jika mertua sakit, maka perhatikanlah dia, berikanlah ia obat dan do'akan dia agar segera sembuh, jangan mengeluh kekurangan swami dihadapan mertua, apabila anda tinggal ditempat yang jauh, maka jangan lupa menanvakan kabarnya atau memberi kabar bagaimana keadaan anda beserta keluarga, janganlah lupa agar selalu menorunjunginya, karena dengan mengunjungi mertua akan bisa mcniperkuat hubungan antara menantu dan mertua, jika mertua mengajak makan bersama, bantulah dia dalam menyiapakn makanan, janganlah hanya duduk saja melihat mertua bekerja seolah-olah seperti tamu kehormatan, mintalah nasehat kepadanya jika anda menghadapi masalah yang tak bisa anda selesaikan, bahagiakanlah Suami/istri anda, karena dengan demikian hati mertua anda akan nienjadi tentram dan ticlak akan mengkhawatirkan anaknya, posisikan mertua anda layaknya prang tua kandung sendiri, karena dengan demikian akan dapat menghindarkan konflik, dan berilah hadiah kepada mertua anda pada hari-hari bahagianya, karena sekecil apapun hadiah yang anda berikan akin membuat anda merasa lebih dekat denganya.

       Adab mertua terhadap anak, antara lain : mendo'akan dengan keberkahan, berbuat baik kepada menantu, menasehati menantu dengan baik jika menantu berbuat salah, janganlah menge1uh atas kekurangan menantu, posisikan menantu layaknya anak kandung sendiri dan berbaik sangkalah kepada menantu.

 

B.  Saran

       Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis memohon saran dan kritik para pembaca demi kesempurnaan makalah penulis berikutnya.


 


DAFTAR PUSTAKA

 

Abi Abdullah Muhammad bin ismail al_bukhari, Matnul Masykul Bukhari. 2006. Dar al-Fikr : Birut Lebanon hadis no. 3004, 5972, dan Muslim no.2549, dari Ibnu 'Amr radhiyallahu 'anhu

Ahmad Hatta 2015, Bimbingan Islam Untuk Hidup Muslimah Petunjuk Praktis Menjadi Muslimah Seutuhnya dari Lahir sampai Mati Berdasarkan Al-Quran dan Sunnah, (Jakarta : Maghfirah Pustaka)

Al-Attas 1996, Konsep Pendidikan Dalam Islam. Terj. dari Bahasa Inggris oleh Haidar Bagis (Bandung: Mizan)

Al-Attas, Konsep Pendidikan.

Departemen Agama RI. 1984. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: Yayasan penyelenggara penterjemah Al-qur’an.

Hadis dari Abu Hurairah diriwayatkan oleh Imam Ahmad, alHakim dan al-Byhaqi. Lihat Wahbah Az-Zuhaili 2014, Enskilopedia Akhlak Muslim (Jakarta: Noura Books).

HR. Ahmad, II/204, Abu Dawud no. 3530, dan Ibnu Majah no. 2292, dari Ibnu 'AMr radhiyallahu 'anhu. Hadits ini tertera dalam kitab Shahiihul Jaami no. 1486

HR. Ahmad, III/76; Abu Dawud no. 2530; al-Hakim, II/103, 103, dan ia menshahihkannya serta disetujui oleh Adz-Dzahabi dari Abu Sa'id radhiyallahu

HR. Ibnu Hibban no. 433 dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhu. Hadits ini tertera dalam kitab Shahiihul Jaami' no. 5960.

Ibn Muslim al-Qurasyi al- nasaiburi, al-Jami’ al-Shahih, 2006. Dar al-Fikr : Bairut Lebanon jilid. 4

Ibn Muslim al-Qurasyi al- nasaiburi, al-Jami’ al-Shahih, 2006. Dar al-Fikr : Bairut Lebanon jilid. 4

Jalaludin 2015, Mempersiapkan Anak Sholeh Menelusuri Tuntunan dan Bimbingan Rasulullah Saw, (Palembang: Perpustakaan Nasional Katalog dalam Terbita (KDT))


Luis Ma’ruf, Kamus Al-Munjid, Al-Maktabah Al-Katulikiyah (Beirut, tt)

Husin Al Habsyi, Kamus Al Kautsar (Surabaya: Assegraff, tt)

Muhammad A I-Qadhi 2008. Hidup Rukun Dengan.Martua, (Solo : Aqwam)

Muhammad Al-Qadhi 2008, Tips mengambil hati Mertua, (Solo : Aqwam)

Sahilun A. Nasir 1991, Tinjauan Akhlak, Cet. 1 (Surabaya: Al Ikhlas)

Sunan Abu Daud dan Musnad Ahmad ibn Hambal. Lihat Wan Daud 2007, Masyarakat Islam Hadari (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 



       [1]. Al-Attas, Konsep Pendidikan Dalam Islam. Terj. dari Bahasa Inggris oleh Haidar Bagis (Bandung: Mizan, 1996), h. 60

       [2]. Luis Ma’ruf, Kamus Al-Munjid, Al-Maktabah Al-Katulikiyah (Beirut, tt), h. 194; Husin Al Habsyi, Kamus Al Kautsar (Surabaya: Assegraff, tt), h. 87.

       [3]. Sahilun A. Nasir, Tinjauan Akhlak, Cet. 1 (Surabaya: Al Ikhlas, 1991), h. 14.

       [4]. Al-Attas, Konsep Pendidikan, h. 61-62.

       [5]. Hadis dari Abu Hurairah diriwayatkan oleh Imam Ahmad, alHakim dan al-Byhaqi. Lihat Wahbah Az-Zuhaili, Enskilopedia Akhlak Muslim (Jakarta: Noura Books, 2014), h. v.

       [6]. Sunan Abu Daud dan Musnad Ahmad ibn Hambal. Lihat Wan Daud, Masyarakat Islam Hadari (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 2007), h. 152.

       [7]. Departemen Agama RI. 1984. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: Yayasan penyelenggara penterjemah Al-qur’an, hal 654 .

       [8]. Departemen Agama RI. 1984. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: Yayasan penyelenggara penterjemah Al-qur’an, hal. 654

       [9]. Departemen Agama RI. 1984. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: Yayasan penyelenggara penterjemah Al-qur’an, hal. 123

       [10]. Abi Abdullah Muhammad bin ismail al_bukhari, Matnul Masykul Bukhari. 2006. Dar al-Fikr : Birut Lebanon hadis no. 3004, 5972, dan Muslim no.2549, dari Ibnu 'Amr radhiyallahu 'anhu

       [11].  HR. Ahmad, III/76; Abu Dawud no. 2530; al-Hakim, II/103, 103, dan ia menshahihkannya serta disetujui oleh Adz-Dzahabi dari Abu Sa'id radhiyallahu 'anhu. Lihat kitab Shahihh Abu Dawud no. 2207

       [12]. HR. Ahmad, II/204, Abu Dawud no. 3530, dan Ibnu Majah no. 2292, dariIbnu 'AMr radhiyallahu 'anhu. Hadits ini tertera dalam kitab Shahiihul Jaami no. 1486

       [13]. Ibn Muslim al-Qurasyi al- nasaiburi, al-Jami’ al-Shahih, 2006. Dar al-Fikr : Bairut Lebanon jilid. 4, hal. 3 hadist no. 1757 no. 1631 dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu

       [14]. Ibn Muslim al-Qurasyi al- nasaiburi, al-Jami’ al-Shahih, 2006. Dar al-Fikr : Bairut Lebanon jilid. 4, hal. 3 hadist no. 1757 no. 2552 dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhu

       [15].  HR. Ibnu Hibban no. 433 dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhu. Hadits ini tertera dalam kitab Shahiihul Jaami' no. 5960.

       [16]. Jalaludin, Mempersiapkan Anak Sholeh Menelusuri Tuntunan dan Bimbingan Rasulullah Saw, (Palembang: Perpustakaan Nasional Katalog dalam Terbita (KDT), 2015), hlm.86-87.

       [17]. Ibid

       [18]. Ahmad Hatta, Bimbingan Islam Untuk Hidup Muslimah Petunjuk Praktis Menjadi Muslimah
Seutuhnya dari Lahir sampai Mati Berdasarkan Al-Quran dan Sunnah
, (Jakarta : Maghfirah Pustaka, 2015), hlm.268-270.  

       [19]. Muhammad A I-Qadhi. Hidup Rukun Dengan.Martua, (Solo : Aqwam, 2008)h.111-124.

       [20]. Muhammad Al-Qadhi, Tips mengambil hati Mertua, (Solo : Aqwam. 2008) h. 114.

Komentar

Postingan Populer